Kamis, 28 Februari 2013

Bioteknologi, Jalan Terang Ditengah Pasang Surutnya Usaha Tembakau



Bioteknologi, Jalan Terang Ditengah Pasang Surutnya Usaha Tembakau



Perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya biologi molekuler melalui rekayasa genetika diperoleh sebuah terobosan yang dapat meningkatkan produksi tanaman, penurunan biaya produksi dan diversifikasi produk tembakau yang lebih visible. Penelitian bioteknologi telah menghasilkan tanaman tembakau yang memiliki fase vegetatif lama dan tidak cepat berbunga serta memiliki umur yang panjang (8 tahun atau lebih) yang dapat meningkatkan keuntungan, tanaman tembakau yang memiliki ketahanan yang tinggi terhadap serangan hama dan penyakit sehingga potensi produksi dapat tercapai, dan diversifikasi produk tembakau menjadi penghasil biofuel, senyawa kolagen, vaksin manusia dan hewan, dan bioremediasi limbah-limbah berbahaya.

Kemajuan bioteknologi diharapkan dapat memberi jalan terang ditengah pasang surutnya usaha tembakau akibat banyaknya tekanan-tekanan dari berbagai pihak yang anti rokok. Tekanan-tekanan pada usaha tembakau baik dari luar negeri berupa kampanye anti rokok, pengaturan regulasi tembakau dan di dalam negeri sendiri dengan adanya penetapan RPP menjadi PP Peraturan Pemerintah No. 109 tahun 2012 alaupun komoditi ini mendatangkan pendapatan yang besar bagi negara dan pelaku bisnis tembakau serta penyerap tenaga kerja yang tidak sedikit.

Kampanye anti rokok dan pembatasan-pembatasan penggunaan tembakau menjadi masalah tersendiri bagi kelangsungan usaha tembakau, seperti halnya PT. Perkebunan Nusantara X (persero) yang memiliki usaha budidaya tembakau cerutu. Produk tembakau yang dihasilkan oleh perusahaan berplat merah ini hampir 100% di ekpor ke Eropa, Amerika dan Asia tentunya memiliki tantangan tersediri dengan adanya persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi untuk dapat masuk ke negara tujuan. Selain itu, adanya regulasi dari Framework Convention of Tobacco Control (FCTC) yang mengatur pengendalian beberapa permasalahan yang ditimbulkan oleh tembakau, batasan maksimum residu pestisida dalam produk tembakau yang diatur oleh Corestra, peraturan setiap negara tentang pembatasan dan pelarangan merokok serta tidak kalah penting adalah semakin banyaknya kompetitor/negara penghasil cerutu.

Budidaya tembakau cerutu yang dilakukan di 3 (tiga) unit Kebun Klaten, Kertosari dan Ajong Gayasan setiap tahun selalu dihadapkan dengan sewa lahan yang semakin sulit dan mahal, biaya produksi yang terus meningkat setiap tahunnya, dan ketersediaan tenaga terampil semakin berkurang. Selain itu, adanya resiko gudang terbakar dan roboh tertiup angin menambah tingginya resiko yang harus dihadapi dalam usaha tembakau cerutu.
Beberapa tantangan yang akan terus dihadapi oleh Unit Tembakau, dibutuhkan sebuah loncatan dalam usaha tembakau agar terus tumbuh dan berkembang, salah satunya dengan penerapan dan pengembangan bioteknologi tembakau. Ilmu biologi molekuler digunakan untuk memodifikasi, memanipulasi atau merubah proses kehidupan normal dari organisme-organisme dan jaringan-jaringan guna meningkatkan kinerjanya bagi keperluan manusia.

Penelitian dan pengembangan bioteknologi tanaman tembakau melalui rekayasa genetika, akan diperoleh produk tembakau yang lebih menguntungkan dan berdaya saing. Beberapa hasil rekayasa genetika yang dapat diterapkan dan dikembangkan di unit tembakau PTPN X diantaranya:

  1. Tembakau umur panjang dengan fase vegetatif panjang.
Peneliti Institut Franhofer, bidang Biologi Molekuler dan Ekologi terapan (IME), Munsten-Jerman telah berhasil mengembangkan tanaman tembakau yang dapat tumbuh terus dengan menekan pertumbuhan gen yang membawa informasi untuk berhenti tumbuh, berbunga dan mati. Hasil rekayasa tersebut dihasilkan tanaman yang terus tumbuh tinggi seperti pohon kacang jack. Tanaman tembakau yang dihasilkan dari rekayasa genetika tersebut sudah berumur 8 tahun tetapi masih terus tumbuh hingga 6,5 meter walaupun terus dipotong. (sumber: www.tempo.co)

Rekayasa genetika yang dihasilkan oleh IME, Jerman dengan memperpanjang fase vegetatif dan menunda fase pembungaan serta memiliki umur panjang, akan sangat menguntungkan jika dapat diterapkan pada usaha tembakau cerutu khususnya di Unit Tembakau PTPN 10. Tanaman tembakau yang diusahakan selama ini hanya menghasilkan 20 sampai 22 lembar perpohon setiap musimnya selama 3 bulan, dengan bioteknologi tersebut akan dihasilkan jumlah daun yang lebih banyak, dengan sekali tanam dapat dipanen secara terus menerus hingga 8 tahun bahkan lebih.

Beberapa keuntungan yang dapat kita peroleh dengan rekayasa yang telah dihasilkan oleh Peneliti Institut Franhofer bagi perkembangan usaha PT. Perkebunan Nusantara X (persero) Unit Usaha Tembakau diantaranya:

1.    Jumlah daun lebih banyak
Penundaan fase pembungaan dan memperpanjang fase vegetatif akan menghasilkan jumlah daun yang lebih banyak. Peningkatan jumlah daun di setiap pohonnya akan berbanding lurus dengan peningkatan produktivitas tanaman sehingga keuntungan yang diperoleh dapat bertambah.

2.    Biaya produksi rendah
Tembakau yang dapat tumbuh hingga 8 tahun atau lebih, tentunya akan mengurangi penanaman dan pembongkaran tanaman secara berulang-ulang setiap musimnya, belum lagi pengolahan tanah. Penemuan ini memberikan titik terang ditengah pasang surutnya usaha tembakau akibat biaya produksi yang terus meroket setiap tahunya tidak sebanding dengan peningkatan harga jualnya. Penurunan biaya produksi akan mengurangi harga pokok produksi maka keuntungan yang akan diperoleh dapat meningkat.   

3.    Tidak membutuhkan lahan yang luas
Setiap musim tanam tembakau, Kebun mengalami kesulitan menyewa lahan-lahan yang cocok untuk tembakau cerutu dengan luasan setiap musimnya ± 1.300 Ha dengan target produksi 17 ton sampai dengan 24 ton perhektar. Dengan penggunaan tembakau hasil rekayasa genetika untuk menghasil produksi 17-24 ton/ha tidak membutuhkan luasan yang banyak karena sekali tanam dapat dipanen secara terus menerus hingga 8 tahun bahkan lebih.

4.    Produk tembakau tersedia terus menerus
Tembakau yang dipanen secara terus menerus tentunya akan memiliki ketersediaan barang yang kontinu. Ketersediaan produk secara terus menerus merupakan salah satu kekuatan sebuah usaha sehingga mempengaruhi lingkungan kompetitif untuk pembeli dan mempengaruhi kemampuan pembeli untuk mencapai keuntungan. Melalui penelitian dan pengembangan yang dilakukan, produk yang dihasilkan dapat ditingkatkan sehingga kualitas daun tembakau menjadi kualitas terbaik.
Produksi yang tinggi dan kualitas yang baik dengan serapan pasar dunia akan produk tembakau cerutu asal Jember dan Klaten yang masih tinggi akan menjadikan unit tembakau sebagai pemasok yang kuat bisa menekan pembeli dengan menaikkan harga, menurunkan kualitas produk, dan mengurangi ketersediaan produk. Pemasok yang kuat dapat membuat industri lebih kompetitif dan potensi penurunan keuntungan bagi pembeli. Di sisi lain, pemasok lemah, orang yang pada belas kasihan pembeli dari segi kualitas dan harga, membuat industri kurang kompetitif dan potensi meningkatkan keuntungan bagi pembeli.

  1. Tembakau tahan hama dan penyakit
Budidaya tanaman tidak lepas dari serangan hama dan penyakit yang merupakan salah satu faktor pembatas produksi. Ambang batas minimal keberadaan hama ataupun serangan penyakit pada tanaman tembakau sangat kecil karena yang dipanen adalah daun. Penggunaan pestisida untuk mengendalikan hama dan penyakit yang dibatasi oleh batas maksimum kandungan residu pestisida oleh CORESTRA. Oleh karena itu, diperlukan sebuah pengembangan bioteknologi untukmenghasilkan tanaman yang memiliki ketahanan terhadap serangan hama dan penyakit.
Tanaman toleran penyakit (sumber: http://www.sciencedirect.com)

Pengembangan tanaman tembakau yang tahan terhadap organisme pengganggu tanaman (OTP) dilakukan dengan menentukan target spesies hama atau penyakt sasaran untuk mengetahui gen tidak tahan yang dimiliki OPT tersebut. Melalui bioteknologi pada tembakau disisipkan gen tahan terhadap hama dan penyekit tertentu. Misalnya saja pengembangan tanaman tembakau tahan terhadap serangan virus TMV dengan menyisipkan virus yang avirulen kedalam sel tanaman tembakau sehingga tanaman akan memiliki vaksin yang dapat melawan serangan virus mozaik.

  1. Tembakau sebagai penghasil bahan bakar terbarukan
Pengembangan tembakau sebagai sumber bahan bakar (biofuel) telah dilakukan oleh ilmuan School of BiologicalSciences, Inggris bahwa tanaman tembakau Nicotiana glauca dapat menghasilkan senyawa yang dapat dipergunakan sebagai biodisel. Tanaman ini dapat tumbuh pada kondisi panas dan gersang, tidak memerlukan tanah yang subur dan dapat hidup pada wilayah yang memiliki curah hujan 200 milimeter pertahun. Penemuan ini merupakan solusi bagi ketersediaan bahan bakar dan penggunaan lahan produktif untuk menghasilkan biofuel (sumber: www.kompas.com).
Tanaman tembakau penghasil biofuel Nicotiana glauca (sumber: www.kompas.com).

Penemuan ini diharapkan dapat membuka peluang bagi pengembangan tanaman tembakau yang selama ini memiliki image sebagai daun emas (golden leaf) dapat berubah menjadi pabrik biofuel. Hal ini dapat memperbesar kapasitas produski PT. Perkebunan Nusantara X (persero) dalam menghasilkan biofuel yang berasal dari limbah tetes dan tanaman tembakau. Dimasa mendatang perusahaan yang beralamat di Jl. Jembatan merah akan menjadi salah satu perusahaan BUMN yang akan menjadi leader dalam penyediaan bahan bakar.

  1. Tembakau sebagai penghasil senyawa kolagen
Asap diketahui dapat mempercepat penuaan kulit, akan tetapi peneliti Herbre University of Jerusalem, Robert H. Smith telah berhasil membuat replika kolagen manusia dari tanaman tembakau. Kolagen banyak digunakan dalam dunia medis untuk pengobatan yang selama ini diproduksi dari sapi, babi bahkan dari mayat manusia yang berpotensi  membawa virus (sapi gila), dengan menggunakan tembakau dapat lebih aman (sumber: www.sciencedaily.com).
Pemanfaatan kolagen pada manusia (sumber: www.sciencedaily.com)

Kolagen merupakan suatu protein penyusun tubuh yang keberadaanya ± 30% dan penyusun utama kulit, tendon, tulang rawan, tulang, gigi, dan Jaringan ikat. Kolagen banyak digunakan di dunia medis dan kecantikan. Pengembangan bioteknologi pada tanaman tembakau dimasa mendatang dapat menggantikan produksi kolagen yang berasal dari sapi, babi maupun mayat manusia yang tentunya lebih aman untuk dunia medis dan kecantikan.

  1. Tembakau sebagai biopabrikasi vaksin manusia dan hewan
Penemuan tembakau sebagai pabrik yang dapat memproduksi vaksin merupakan kemajuan bagi industri kesehatan yang selama ini produksi dengan mengandalkan produksi dari sel hewan dan membutuhkan waktu yang lebih lama. Penggunaan tanaman tembakau sebagai pabrik vaksin dapat meningkatkan produksi vaksin sehingga dapat memenuhi kebutuhan vaksin dunia. Selain itu, produksi vaksin dengan menyisipkan gen tertentu pada tanaman tembakau dapat dihasilkan dalam waktu yang lebih cepat dengan biaya yang lebih murah.

Pengembangan dan penyediaan vaksin atas penyakit-penyakit baru maupun yang sudah ada selama ini sangat terbatas sehingga masih banyak nyawa yang menjadi korban dan kehilangan uang jutaan dolar untuk menghasilkan sebuah vaksin. “Ribuan nyawa dan jutaan dollar telah hilang akibat penyediaan vaksin yang selama ini tidak dapat diproduksi dan dikembangkan dengan cepat.” Kata Lucas Arzola, University of California. Penemuan ini dapat menjadikan tembakau sebagai biopabrikasi vaksin yang dapat mengatasi permasalahan yang dihadapi dunia saat ini sehingga dunia kesehatan dapat merespon dengan cepat wabah penyakit dimasa mendatang ataupun wabah penyakit endemi suatu wilayah (sumber:www.discovery.com dan www.heraldsum.com).

Perusahaan rokok dunia asal Amerika Philips Morris kini tengah mengembangkan produksi vaksin flu menggunakan tanaman tembakau dengan Cina (sumber: www. business.financialpost.com). Pertanyaanya adalah mungkinkan Unit Tembakau PTPN 10 dapat terlibat dalam pengembangan dan penyediaan vaksin untuk beberapa penyakit manusia dan hewan.

  1. Bioremediasi TNT (Trinitrotoluene)
TNT (Trinitrotoluene) merupakan bahan peledak yang digunakan pada Perang Dunia II. Limbah bahan peledak yang mengkontaminasi tanah di negara-negara yang terlibat dalam PD II, daerah latihan militer dan pabrik pembuat bahan tersebut sangat membahayakan bagi kesehatan manusia dan hewan karena besifat racun. Penelitian telah dilakukan untuk mereduksi limbah TNT dengan menggunakan bakteri akan tetapi keberadaannya dialam masih sangat terbatas. Berkat kemajuan bioteknologi dengan menyisipkan enzim bakteri pereduksi TNT ke dalam tanaman tembakau, kandungan TNT dalam tanah menurun diserap oleh tembakau. (sumber:www.sciencedaily.com)

Pemanfaatan tanaman tembakau sebagai bioremediasi sangat memungkinkan untuk dapat dikembangkan untuk membersihkan limbah-limbah berbahaya yang sulit terurai. Pengembangan ini memiliki prospek yang sangat besar, dimana Indonesia merupakan negara dengan kekayaan sumber daya alam tambang dan industri olahanya yang tentunya menghasilkan limbah. 

Beberapa hasil rekayasa genetika dibidang bioteknologi tanaman tembakau akan dapat memberikan jalan terang bagi pengembangan usaha tembakau. Akan tetapi, upaya penerapan bioteknologi diperlukan kesiapan sumberdaya manusia dan kelengkapan sarana dan prasarana laboratorium serta kelengkapan pendukung kegiatan rekayasa genetika. Semua yang diperlukan tentulah membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Apakah perusahaan tembakau dan pemerintah Indonesia akan menangkap peluang ini atau justru melewatkannya begitu saja..?


Tidak ada komentar:

Posting Komentar