Bioteknologi, Jalan
Terang Ditengah Pasang Surutnya Usaha Tembakau
Perkembangan
ilmu pengetahuan, khususnya biologi molekuler melalui rekayasa genetika
diperoleh sebuah terobosan yang dapat meningkatkan produksi tanaman, penurunan
biaya produksi dan diversifikasi produk tembakau yang lebih visible. Penelitian bioteknologi telah
menghasilkan tanaman tembakau yang memiliki fase vegetatif lama dan tidak cepat
berbunga serta memiliki umur yang panjang (8 tahun atau lebih) yang dapat
meningkatkan keuntungan, tanaman tembakau yang memiliki ketahanan yang tinggi
terhadap serangan hama dan penyakit sehingga potensi produksi dapat tercapai,
dan diversifikasi produk tembakau menjadi penghasil biofuel, senyawa kolagen,
vaksin manusia dan hewan, dan bioremediasi limbah-limbah berbahaya.
Kemajuan
bioteknologi diharapkan dapat memberi jalan terang ditengah pasang surutnya
usaha tembakau akibat banyaknya tekanan-tekanan dari berbagai pihak yang anti
rokok. Tekanan-tekanan pada usaha tembakau baik dari luar negeri berupa
kampanye anti rokok, pengaturan regulasi tembakau dan di dalam negeri sendiri
dengan adanya penetapan RPP menjadi PP Peraturan Pemerintah No. 109 tahun 2012 alaupun
komoditi ini mendatangkan pendapatan yang besar bagi negara dan pelaku bisnis
tembakau serta penyerap tenaga kerja yang tidak sedikit.
Kampanye
anti rokok dan pembatasan-pembatasan penggunaan tembakau menjadi masalah
tersendiri bagi kelangsungan usaha tembakau, seperti halnya PT. Perkebunan
Nusantara X (persero) yang memiliki usaha budidaya tembakau cerutu. Produk
tembakau yang dihasilkan oleh perusahaan berplat merah ini hampir 100% di ekpor
ke Eropa, Amerika dan Asia tentunya memiliki tantangan tersediri dengan adanya
persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi untuk dapat masuk ke negara tujuan.
Selain itu, adanya regulasi dari Framework
Convention of Tobacco Control (FCTC) yang mengatur pengendalian beberapa
permasalahan yang ditimbulkan oleh tembakau, batasan maksimum residu pestisida
dalam produk tembakau yang diatur oleh Corestra, peraturan setiap negara
tentang pembatasan dan pelarangan merokok serta tidak kalah penting adalah
semakin banyaknya kompetitor/negara penghasil cerutu.
Budidaya
tembakau cerutu yang dilakukan di 3 (tiga) unit Kebun Klaten, Kertosari dan
Ajong Gayasan setiap tahun selalu dihadapkan dengan sewa lahan yang semakin
sulit dan mahal, biaya produksi yang terus meningkat setiap tahunnya, dan
ketersediaan tenaga terampil semakin berkurang. Selain itu, adanya resiko
gudang terbakar dan roboh tertiup angin menambah tingginya resiko yang harus
dihadapi dalam usaha tembakau cerutu.
Beberapa
tantangan yang akan terus dihadapi oleh Unit Tembakau, dibutuhkan sebuah
loncatan dalam usaha tembakau agar terus tumbuh dan berkembang, salah satunya
dengan penerapan dan pengembangan bioteknologi tembakau. Ilmu biologi molekuler
digunakan untuk memodifikasi,
memanipulasi atau merubah proses kehidupan normal dari organisme-organisme dan
jaringan-jaringan guna meningkatkan kinerjanya bagi keperluan manusia.
Penelitian
dan pengembangan bioteknologi tanaman tembakau melalui rekayasa genetika, akan
diperoleh produk tembakau yang lebih menguntungkan dan berdaya saing. Beberapa
hasil rekayasa genetika yang dapat diterapkan dan dikembangkan di unit tembakau
PTPN X diantaranya:
- Tembakau umur panjang dengan
fase vegetatif panjang.
Peneliti Institut Franhofer, bidang
Biologi Molekuler dan Ekologi terapan (IME), Munsten-Jerman telah berhasil
mengembangkan tanaman tembakau yang dapat tumbuh terus dengan menekan
pertumbuhan gen yang membawa informasi untuk berhenti tumbuh, berbunga dan
mati. Hasil rekayasa tersebut dihasilkan tanaman yang terus tumbuh tinggi
seperti pohon kacang jack. Tanaman
tembakau yang dihasilkan dari rekayasa genetika tersebut sudah berumur 8 tahun
tetapi masih terus tumbuh hingga 6,5 meter walaupun terus dipotong. (sumber: www.tempo.co)
Rekayasa
genetika yang dihasilkan oleh IME, Jerman dengan memperpanjang fase vegetatif
dan menunda fase pembungaan serta memiliki umur panjang, akan sangat menguntungkan
jika dapat diterapkan pada usaha tembakau cerutu khususnya di Unit Tembakau
PTPN 10. Tanaman tembakau yang diusahakan selama ini hanya menghasilkan 20
sampai 22 lembar perpohon setiap musimnya selama 3 bulan, dengan bioteknologi
tersebut akan dihasilkan jumlah daun yang lebih banyak, dengan sekali tanam
dapat dipanen secara terus menerus hingga 8 tahun bahkan lebih.
Beberapa
keuntungan yang dapat kita peroleh dengan rekayasa yang telah dihasilkan oleh Peneliti Institut Franhofer bagi
perkembangan usaha PT. Perkebunan Nusantara X (persero) Unit Usaha Tembakau
diantaranya:
1.
Jumlah daun lebih banyak
Penundaan fase pembungaan dan
memperpanjang fase vegetatif akan menghasilkan jumlah daun yang lebih banyak. Peningkatan jumlah daun di setiap
pohonnya akan berbanding lurus dengan peningkatan produktivitas tanaman
sehingga keuntungan yang diperoleh dapat bertambah.
2.
Biaya produksi rendah
Tembakau
yang dapat tumbuh hingga 8 tahun atau lebih, tentunya akan mengurangi penanaman
dan pembongkaran tanaman secara berulang-ulang setiap musimnya, belum lagi
pengolahan tanah. Penemuan ini memberikan titik terang ditengah pasang surutnya
usaha tembakau akibat biaya produksi yang terus meroket setiap tahunya tidak
sebanding dengan peningkatan harga jualnya. Penurunan biaya produksi akan
mengurangi harga pokok produksi maka keuntungan yang akan diperoleh dapat
meningkat.
3.
Tidak membutuhkan lahan yang luas
Setiap
musim tanam tembakau, Kebun mengalami kesulitan menyewa lahan-lahan yang cocok
untuk tembakau cerutu dengan luasan setiap musimnya ± 1.300 Ha dengan target
produksi 17 ton sampai dengan 24 ton perhektar. Dengan penggunaan tembakau
hasil rekayasa genetika untuk menghasil produksi 17-24 ton/ha tidak membutuhkan
luasan yang banyak karena sekali tanam dapat dipanen secara terus menerus
hingga 8 tahun bahkan lebih.
4.
Produk tembakau tersedia terus
menerus
Tembakau
yang dipanen secara terus menerus tentunya akan memiliki ketersediaan barang
yang kontinu. Ketersediaan produk secara terus menerus merupakan salah satu
kekuatan sebuah usaha sehingga mempengaruhi lingkungan kompetitif untuk pembeli
dan mempengaruhi kemampuan pembeli untuk mencapai keuntungan. Melalui
penelitian dan pengembangan yang dilakukan, produk yang dihasilkan dapat
ditingkatkan sehingga kualitas daun tembakau menjadi kualitas terbaik.
Produksi
yang tinggi dan kualitas yang baik dengan serapan pasar dunia akan produk
tembakau cerutu asal Jember dan Klaten yang masih tinggi akan menjadikan unit
tembakau sebagai pemasok yang kuat bisa menekan pembeli dengan menaikkan
harga, menurunkan kualitas produk, dan mengurangi ketersediaan produk. Pemasok
yang kuat dapat membuat industri lebih kompetitif dan potensi penurunan
keuntungan bagi pembeli. Di sisi lain, pemasok lemah, orang yang pada belas
kasihan pembeli dari segi kualitas dan harga, membuat industri kurang
kompetitif dan potensi meningkatkan keuntungan bagi pembeli.
- Tembakau tahan hama dan penyakit
Budidaya tanaman tidak lepas dari
serangan hama dan penyakit yang merupakan salah satu faktor pembatas produksi.
Ambang batas minimal keberadaan hama ataupun serangan penyakit pada tanaman
tembakau sangat kecil karena yang dipanen adalah daun. Penggunaan pestisida
untuk mengendalikan hama dan penyakit yang dibatasi oleh batas maksimum
kandungan residu pestisida oleh CORESTRA. Oleh karena itu, diperlukan sebuah
pengembangan bioteknologi untukmenghasilkan tanaman yang memiliki ketahanan
terhadap serangan hama dan penyakit.
Tanaman
toleran penyakit (sumber:
http://www.sciencedirect.com)
Pengembangan tanaman tembakau yang
tahan terhadap organisme pengganggu tanaman (OTP) dilakukan dengan menentukan
target spesies hama atau penyakt sasaran untuk mengetahui gen tidak tahan yang
dimiliki OPT tersebut. Melalui bioteknologi pada tembakau disisipkan gen tahan
terhadap hama dan penyekit tertentu. Misalnya saja pengembangan tanaman
tembakau tahan terhadap serangan virus TMV dengan menyisipkan virus yang
avirulen kedalam sel tanaman tembakau sehingga tanaman akan memiliki vaksin
yang dapat melawan serangan virus mozaik.
- Tembakau sebagai penghasil bahan
bakar terbarukan
Pengembangan tembakau sebagai sumber
bahan bakar (biofuel) telah dilakukan oleh ilmuan School of BiologicalSciences,
Inggris bahwa tanaman tembakau Nicotiana
glauca dapat menghasilkan senyawa yang dapat dipergunakan sebagai biodisel.
Tanaman ini dapat tumbuh pada kondisi panas dan gersang, tidak memerlukan tanah
yang subur dan dapat hidup pada wilayah yang memiliki curah hujan 200 milimeter
pertahun. Penemuan ini merupakan solusi bagi ketersediaan bahan bakar dan
penggunaan lahan produktif untuk menghasilkan biofuel (sumber: www.kompas.com).
Tanaman tembakau penghasil biofuel Nicotiana glauca (sumber: www.kompas.com).
Penemuan ini diharapkan dapat membuka
peluang bagi pengembangan tanaman tembakau yang selama ini memiliki image sebagai daun emas (golden leaf) dapat berubah menjadi
pabrik biofuel. Hal ini dapat memperbesar kapasitas produski PT. Perkebunan
Nusantara X (persero) dalam menghasilkan biofuel yang berasal dari limbah tetes
dan tanaman tembakau. Dimasa mendatang perusahaan yang beralamat di Jl.
Jembatan merah akan menjadi salah satu perusahaan BUMN yang akan menjadi leader
dalam penyediaan bahan bakar.
- Tembakau
sebagai penghasil senyawa kolagen
Asap diketahui dapat mempercepat
penuaan kulit, akan tetapi peneliti Herbre University of Jerusalem, Robert H.
Smith telah berhasil membuat replika kolagen manusia dari tanaman tembakau. Kolagen
banyak digunakan dalam dunia medis untuk pengobatan yang selama ini diproduksi
dari sapi, babi bahkan dari mayat manusia yang berpotensi membawa virus (sapi gila), dengan menggunakan
tembakau dapat lebih aman (sumber: www.sciencedaily.com).
Pemanfaatan kolagen pada manusia (sumber: www.sciencedaily.com)
Kolagen merupakan suatu protein
penyusun tubuh yang keberadaanya ± 30% dan penyusun utama kulit, tendon, tulang
rawan, tulang, gigi, dan Jaringan ikat. Kolagen banyak digunakan di dunia medis
dan kecantikan. Pengembangan bioteknologi pada tanaman tembakau dimasa
mendatang dapat menggantikan produksi kolagen yang berasal dari sapi, babi maupun
mayat manusia yang tentunya lebih aman untuk dunia medis dan kecantikan.
- Tembakau sebagai biopabrikasi
vaksin manusia dan hewan
Penemuan tembakau sebagai pabrik yang
dapat memproduksi vaksin merupakan kemajuan bagi industri kesehatan yang selama
ini produksi dengan mengandalkan produksi dari sel hewan dan membutuhkan waktu
yang lebih lama. Penggunaan tanaman tembakau sebagai pabrik vaksin dapat
meningkatkan produksi vaksin sehingga dapat memenuhi kebutuhan vaksin dunia.
Selain itu, produksi vaksin dengan menyisipkan gen tertentu pada tanaman
tembakau dapat dihasilkan dalam waktu yang lebih cepat dengan biaya yang lebih
murah.
Pengembangan dan penyediaan vaksin
atas penyakit-penyakit baru maupun yang sudah ada selama ini sangat terbatas
sehingga masih banyak nyawa yang menjadi korban dan kehilangan uang jutaan
dolar untuk menghasilkan sebuah vaksin. “Ribuan nyawa dan jutaan dollar telah
hilang akibat penyediaan vaksin yang selama ini tidak dapat diproduksi dan
dikembangkan dengan cepat.” Kata Lucas Arzola, University of California.
Penemuan ini dapat menjadikan tembakau sebagai biopabrikasi vaksin yang dapat
mengatasi permasalahan yang dihadapi dunia saat ini sehingga dunia kesehatan
dapat merespon dengan cepat wabah penyakit dimasa mendatang ataupun wabah
penyakit endemi suatu wilayah (sumber:www.discovery.com
dan www.heraldsum.com).
Perusahaan rokok dunia asal Amerika
Philips Morris kini tengah mengembangkan produksi vaksin flu menggunakan
tanaman tembakau dengan Cina (sumber:
www. business.financialpost.com). Pertanyaanya adalah mungkinkan Unit
Tembakau PTPN 10 dapat terlibat dalam pengembangan dan penyediaan vaksin untuk
beberapa penyakit manusia dan hewan.
- Bioremediasi TNT (Trinitrotoluene)
TNT (Trinitrotoluene) merupakan bahan peledak yang digunakan pada Perang
Dunia II. Limbah bahan peledak yang mengkontaminasi tanah di negara-negara yang
terlibat dalam PD II, daerah latihan militer dan pabrik pembuat bahan tersebut
sangat membahayakan bagi kesehatan manusia dan hewan karena besifat racun. Penelitian
telah dilakukan untuk mereduksi limbah TNT dengan menggunakan bakteri akan
tetapi keberadaannya dialam masih sangat terbatas. Berkat kemajuan bioteknologi
dengan menyisipkan enzim bakteri pereduksi TNT ke dalam tanaman tembakau,
kandungan TNT dalam tanah menurun diserap oleh tembakau. (sumber:www.sciencedaily.com)
Pemanfaatan tanaman tembakau sebagai
bioremediasi sangat memungkinkan untuk dapat dikembangkan untuk membersihkan
limbah-limbah berbahaya yang sulit terurai. Pengembangan ini memiliki prospek yang
sangat besar, dimana Indonesia merupakan negara dengan kekayaan sumber daya
alam tambang dan industri olahanya yang tentunya menghasilkan limbah.
Beberapa
hasil rekayasa genetika dibidang bioteknologi tanaman tembakau akan dapat
memberikan jalan terang bagi pengembangan usaha tembakau. Akan tetapi, upaya
penerapan bioteknologi diperlukan kesiapan sumberdaya manusia dan kelengkapan
sarana dan prasarana laboratorium serta kelengkapan pendukung kegiatan rekayasa
genetika. Semua yang diperlukan tentulah membutuhkan biaya yang tidak sedikit.
Apakah perusahaan tembakau dan pemerintah Indonesia akan menangkap peluang ini
atau justru melewatkannya begitu saja..?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar